Perpolitikan menjadi ranah sensitif yang menarik untuk diperbincangkan. Isu-isu politik, hukum dan ekonomi menjadi salah satu sorotan publik dimanapun berada. Tidak hanya di kota besar saja, daerah kecil dan hampir tidak dikenali bahkan memiliki masalah tersendiri berkaitan dengan isu-isu perpolitikan. Anda pasti sudha terbiasa melihat informasi di televisi mengenai kasus peperangan, pengeboman, gencatan senjata, dan sebagainya. Perebutan wilayah teritorial umumnya menjadi permasalahan yang banyak menimbulkan perselisihan. Selain itu, permasalahan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lain terkait dengan kucuran dana anggaran daerah juga menjadi isu penting jika diperhatikan. Saat ini Cina sedang gencar-gencarnya memperluas area industri meliputi daerah-daerah lain disekitarnya.

Daerah Tibet juga masuk ke dalam wilayah perluasan yang sedang dilakukan oleh Cina, meskipun secara geografis wilayah Tibet masih merupakan bagian dariu negara Cina namun secara otonomi daerah telah ada pembagian khusus. Tibet berada cukup jauh dari pusat kota Cina, karena wilayahnya yang tidak terlalu besar dengan jumlah penduduk yang tidak sebanyak penduduk di perkotaan Cina menyebabkan daerah ini diberi otonomi tersendiri. Dalai Lama didapuk menjadi pemimpin di daerah Tibet hingga saat ini, kelihatannya Cina dan Tibet merupakan daerah inti dan daerah bawahan namun pada kenyataannya kedua daerah tersebut tidak pernah bisa akur, entah sudah berapa banyak permasalahan yang bergulir. Mulai dari masalah ekonomi, budaya, pendidikan hingga otonomisasi yang masih diperdebatkan. Berita terbaru menunjukkan bahwa saat ini keadaan antara Cina dan Tibet memanas kembali. Cina kabarnya tidak terima karena Dalai Lama telah menuduh pemerintah Cina telah mematikan budaya leluhur Tibet telah hidup ribuan tahun.

Merasa bahwa tuduhan dari pemerintahan Cina tidak benar, maka pemimpin Tibet yaitu Dalai Lama maju untuk mengambil langkah ekstrim. Dalai Lama mulai mengumpulkan dukungan untuk menguatkan persepsi rakyatnya dalam membela kedaulatan daerah dan keutuhan budaya mereka,awalnya pemimpin Tibet ini membuat pertemuan dengan perdana menteri jepang untuk kunjungan saja namun pastinya ada alasan lain dibalik hal itu. Unjuk rasa pada tahun 2008 yang dipimpin oleh Dalai Lama intinya menolak keras penguasaan Cina atas Tibet yang sedikitnya telah menewaskan 200 penduduk setempat. Penguasaan Cina terhadap beberapa daerah di Tibet secara otomatis telah mematikan budaya asli daerah tersebut. Inilah akar dari permasalahan yang menyebabkan bergulirnya kasus demi kasus yang tidak pernah berhenti hingga sekarang. Saat ini hubungan antara Cina dan Tibet juga belum membaik karena permasalahan tersebut. Sampai sekarang belum ada benang penarik yang bisa melepaskan simpul konflik antara dua daerah serumpun itu, pastinya hal ini mempengaruhi perekonomian Tibet sebagai daerah otonomi yang menggantungkan sebagian anggaran daerah dari Cina.