Kilas Balik Permasalahan Tibet dan Tanggapan Dalai Lama di Konferensi Pers – Siapa yang tidak mengetahui mengenai isu orang-orang Tibet? Isu dimana Tibet membutuhkan penegakan dari otoritas pemerintahan China untuk aspek Hak Asasi Manusia dan kebebasan dalam berkreasi layaknya manusia normal. Kilas balik mengenai masalah yang ada di Tibet ini, pada mulanya hal seperti ini terjadi di 10 Maret 1959 walaupun pemberontakan asli dimulai Tibet terhadap pemerintahan China ini dimulai pada tahun 1949. Pada mulanya, hal seperti ini terjadi karena pemerintahan China mengklaim wilayah dari Tibet sebagai wilayah pemerintahannya. Dari sinilah, warga dari Tibet ini tidak terima bahwasannya Tibet ini merupakan negara yang merdekan dan memiliki kedaulatan. Dan, pada akhirnya banyak sekali invansi yang dilakukan oleh Tiongkok sejak tahun 1949. Pada tahun 1959, China memiliki kedudukan dan kedaulatan penuh atas wilayah Tibet.

Membahas hal sebelumnya, sejak tahun 1959 banyak sekali penduduk Tibet yang mengalami kematian karena invansi Tiongkok. 1,2 juta orang Tibet 20% dari 60 juta orang Tibet meninggal dunia karena invansi yang disebutkan sebelumnya. 99% dari 6 ribu orang biara budha telah dijarah habis yang mengakibatkan sebuah kehancuran. Setelah, sedikit kilas balik. Ada satu sosok yang merupakan pemimpin spiritual Tibet yang sudah diasingkan ke India dalam cakupan waktu yang lama. Dalai Lama, sejak pengasingannya dia berusaha untuk mengembangkan sebuah komunikasi dengan China tetapi hal tersebut mengalami sedikit perkembangan. Hal ini masih dianggap oleh Tiongkok, Tibet membutuhkan sebuah kemerdekaan.

Pada bulan April 2019, Dalai Lama mendatangi sebuah konferensi pers di New Delhi, India. Di sana, Dalai Lama menjelaskan bahwasannya dari dulu dia tidak ada niatan berkomunikasi untuk mencari kemerdekaan Tibet. Lebih tepatnya, Dalai Lama menganggap bahwasannya ini sebuah reuni terhadap China dengan sebuah syarat yang bisa untuk diterima. Pemimpin berusia 83 tahun ini, mengatakan bahwa dia ingin Tibet dan China bisa berdampingan dalam kehidupan. Dimana, dia berharap China bisa memberikan bantuan atas ekonomi dan pengetahuan China ke orang-orang Tibet agar bisa menjalani kehidupan normal tanpa adanya kesengsaraan.